Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah contoh luar biasa dalam semangat thalabul ilmi (menuntut ilmu). Beliau menempuh perjalanan jauh, berjalan kaki dari kota ke kota, demi mendapatkan ilmu dari para ulama yang tersebar di berbagai negeri. Tidak hanya itu, Imam Ahmad menghadapi banyak ujian dan kesulitan, seperti kekurangan bekal, hingga harus bekerja dan menggadaikan barang-barangnya. Namun, kesulitan-kesulitan tersebut tidak pernah menghalangi tekadnya untuk terus belajar.
Ketekunan dan kesabarannya dalam menuntut ilmu terlihat jelas saat beliau pergi ke Yaman untuk belajar dari Abdul Razzaq, meski harus menolak bantuan dari teman-temannya dan bertahan dengan usaha sendiri. Imam Ahmad juga terkenal tidak pernah menyerah dalam mencari kebenaran, bahkan rela kembali ke Baghdad dari Naisabur hanya untuk memastikan kebenaran dari fatwa yang telah ia terima sebelumnya.
Semangat beliau dalam thalabul ilmi tidak hanya terletak pada ketekunan, tetapi juga pada kesucian niatnya. Imam Ahmad menolak menerima bantuan finansial dari orang lain dan lebih memilih mencari nafkah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa niatnya benar-benar murni, semata-mata karena Allah dan demi kebenaran ilmu.
Ahmad bin Sinan al-Wasiti rahimahullah berkata,
“Saya mendengar bahwa Ahmad bin Hanbal menggadaikan sandalnya kepada seorang tukang roti sebagai jaminan untuk makanan yang ia ambil ketika ia keluar dari Yaman. Bajunya dicuri ketika ia berada di Yaman, sehingga ia duduk di rumahnya dan mengunci pintunya. Para muridnya kehilangan kabar tentangnya, lalu mereka datang menemuinya dan bertanya kepadanya. Ia memberitahu mereka tentang kejadian itu. Mereka pun menawarkan emas kepadanya, tetapi ia tidak menerimanya, kecuali hanya satu dinar untuk menulis sesuatu bagi mereka — maksudnya ia menerima dinar tersebut sebagai upah untuk menyalin kitab-kitab bagi mereka — maka ia menulis untuk mereka dengan bayaran. Semoga Allah merahmatinya.”
Begitulah keadaan Imam Ahlus Sunnah, semoga Allah mensucikan jiwanya dan mencurahkan rahmat-Nya kepadanya.
Aamiin..
Referensi: Waratsatul Anbiya, karya Abdulmalik bin Qosim
Cirebon, Ahad 9 Rabi’ul Akhir 1446 H/13 Oktober 2024.
Komplek Ponpes Dhiya’ussunnah
Yuk bergabung di kanal
Kisah dan Murattal 🇮🇩
http://t.me/kisahdanmurottalpilihan